Rabu, 12 Desember 2018


Kristal Salju
(Part 1)

Ini seperti salju yang menumpuk
Yang memberiku sebuah keberanian untuk hidup
Selama ini kita saling melihat satu sama lain
Jadi sekarang bagaimana ?
Bisakah kita melakukannya ?

Kedalam cinta yang tidak pasti ini
Dunia berjalan lebih cepat dari yang kita pikirkan 
Bagaimana kita akan mengubahnya ?
Kita belum tau, tapi pasti
Cinta dalam hati kita

Perlahan itupun bergema
Aku ingin memanggilmu sekali lagi sebelum kau menghilang
Kristal yang terbang tinggi kemanapun dia pergi
Aku ingin merasakannya sedikit lagi

Karena aku tak menginginkan yang lain 
Bolehkah aku menyentuh hatimu ?
Aku ingin menyentuhnya walaupun jariku selalu tak bisa
Suatu hari nanti...

Selasa, 11 Desember 2018

Destiny



Pertemuan dan perpisahan itu datang begitu saja. Tanpa adanya rencana dan tanpa ada seseorang pun yang tau. Termasuk dengan kedua manusia yang berlawanan jenis ini.
Mereka dipertemukan dengan ketidaksengajaan yang dinamakan oleh keduanya sebagai takdir. Takdir yang sama sekali tidak bisa dihindari.

Hari itu awan hitam bergerumul mendung. Bahkan rintikan hujan sudah mulai turun ke bumi dengan cukup deras.

Gadis bernama Kim Hyerin beberapa kali mendesah. Hari sudah hampir malam tetapi ia masih terjebak di halte bus ini. Sendirian dan kedinginan. 

Sudah sejak tadi kedua tangannya memeluk dirinya sendiri. bibirnya sudah terlihat pucat. Rambutnya yang rapi juga mulai lepek karena rintikan hujan beberapa saat yang lalu ketika ia berlari ke halte bus ini. Ia mengutuk nasib sialnya hari ini yang dirasakan seperti tidak ada habisnya.

Ia terpaksa harus tinggal di sekolah lebih lama untuk menyelesaikan tugasnya yang harus dikumpulkan keesokan harinya. Sekarang ia harus menunggu bus yang belum tentu ada atau tidak, dengan cuaca  buruk seperti ini. Sialnya lagi ia sama sekali tidak membawa jas hujan ataupun payung. Disela kekhawatirannya, ia mendengar suara langkah kaki terburu-buru menuju halte. Dari ekor matanya ia mendapat seorang laki-laki yang duduk di sebelahnya. Laki-laki itu menyeka rintikan hujan yang menempel pada mantelnya dan setelah itu, Hyerin mengalihkan perhatiannya dari laki-laki di sampingnya.

"kau menunggu bus ?"

Hyerin mendengar laki-laki itu bertanya. Tetapi ia tidak tahu apakah pertanyaan itu ditujukan kepadanya atau bukan. Takutnya jika ia menjawab ternyata pertanyaan itu bukan untuknya, ia akan malu setengah mati. Jadi ia memilih diam.

"Hei," pundaknya merasakan ada sebuah tangan yang mendarat. "Aku bertanya kepadamu."
"Oh, eh aku ?" Hyerin menunjuk dirinya sendiri. Laki-laki di sampingnya ini tertawa. Hyerin mengerutkan keningnya tidak suka, "Apakah ini lucu ?"
"Tentu saja !" katanya masih tertawa. "Kau sangat lucu saat merespon pertanyaanku."
"Jangan tertawa ! aku bukan pelawak !" pekik Hyerin kemudian. Ia membatin betapa tidak sopannya laki-laki yang ada di sampingnya ini. Menertawakan seseorang yang bahkan dirinya tidak dikenalnya.

Perlahan laki-laki itu menghentikan tawanya lalu tersenyum penuh arti kepada Hyerin.
"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud." katanya
Hyerin mengangguk-anggukan kepalanya dan kembali mengalihkan perhatiannya selain kepada laki-laki di sampingnya.
Laki-laki itu tersenyum beberapa saat lalu dengan cepat ia melepaskan mantelnya, "Ini."
Hyerin menoleh, "Apa ini ?"
"Mantel. Pakailah, aku tidak yakin hujan ini akan berhenti dalam waktu dekat. Aku juga tidak yakin akan ada bus yang lewat di jalan yang lenggang seperti ini."
Hyerin menggigit bibir bawahnya. Ternyata laki-laki ini cukup baik dan cukup sadar dengan keadaan seperti ini.
"Ambillah." Laki-laki itu masih bertahan dengan menyodorkan tangannya yang memegang mantel.
"Aku...,"
"Ambillah. Aku sama sekali tidak menerima penolakan !" ada nada ketegasan yang terdengar dari mulut laki-laki itu.
Hyerin menerima mantel itu dengan ragu. Ia melihat wajah laki-laki di depannya yang tersenyum meyakinkan.
"Bagaimana dengan kau ?" tanya Hyerin, tersirat rasa khawatir dan tidak enak dari pertanyaannya.
"Tenang saja, kau jangan mengkhawatirkan aku." kata lelaki itu kembali meyakinkan. "Pergilah dan hati-hati."
Hyerin tersenyum membalas senyuman laki-laki asing yang baik padanya ini.
"Terima kasih. Aku harap kita bisa bertemu lagi untuk mengembalikan mantelmu."
"Aku juga berharap kita bisa berjumpa lagi. Sekarang pergilah sebelum ada badai."
Hyerin mengangguk dan mulai memakai mantel laki-laki itu yang kebesaran di tubuhnya. Mantel itu tahan air dan cukup hangat.
Ketika Hyerin sudah berjalan, lelaki itu memanggilnya. Hyerin menoleh.
"Namamu siapa ?" teriak laki-laki itu
"Hyerin, Kim Hyerin. Dan kau ?" Hyerin tak kalah keras saat berteriak.
"Aku Jeon Jungkook. Senang berkenalan denganmu dan sampai jumpa." Laki-laki itu kembali memamerkan senyum menawannya dan melambaikan tangan riang kepada Hyerin.
Hyerin tersenyum dan balas melambai singkat lalu kembali melanjutkan langkahnya yang terhenti.

Keesokan harinya ketika gadis itu baru saja turun dari bus di halte, ia melihat laki-laki yang menolongnya itu sedang bersandar di tiang halte. Tanpa sadar Hyerin tersenyum. Laki-laki itu, Jungkook, menegakkan tubuhnya ketika sadar gadis yang ditunggunya sudah datang. Senyumnya mengembang, ia pun menghampiri Hyerin.
"Selamat pagi !" sapa Jungkook kelewat ceria.
Hyerin mengangguk dan membalas sapaan pagi Jungkook. Senyumnya masih bertahan di bibirnya sejak tadi.
"Oh, ini mantelmu." Hyerin memberikan paper bag kepada Jungkook
Tetapi Jungkook malah mendorong paper bag tersebut dan berkata, "Untukmu saja. Anggap sebagai kenang-kenangan dariku."
"Kenapa ?" Hyerin tentu saja mengerutkan dahinya. Perkataan Jungkook tersirat kesedihan yang luar biasa biasa meskipun laki-laki itu menyembunyikannya dengan senyuman.
"Tidak apa-apa. Um, mau menemaniku membolos ?"
"Eh ?"
Terlambat. Sebelum ia memberikan protes, tangannya sudah ditarik oleh Jungkook. Membawanya untuk menaiki bus lagi.

Keduanya duduk bersebelahan. Jungkook memperhatikan Hyerin yang masih kebingungan. Sadar akan tatapan Jungkook kepadanya, ia menunduk. Ia sangat salah tingkah. Selama ini ia tidak pernah ditatap seperti ini, tatapan yang penuh makna salah satunya kekaguman, mungkin.
Jungkook membawanya ke danau yang sangat indah. Ia terkagum-kagum, ia tidak tahu bahwa ada danau sebagus ini di kota tempat ia tinggal.

"Kau terlihat baru pertama kalinya ke sini." Jungkook terkekeh
"Memang." Balas Hyerin yang masih terkagum-kagum
Jungkook menghentikan kekehannya dan memekik, "Sungguh ?"
"Ya, aku tidak bohong dan terima kasih untukmu karena telah membawaku kesini."
Jungkook mengangguk, "Ku harap kau tidak bosan untuk datang ke sini."
"Tentu saja." kata Hyerin bersemangat
"Ayo berkeliling, aku akan menunjukkan hal-hal indah kepadamu."

Lalu keduanya berjalan beriringan untuk melihat keindahan danau dan sekitarnya. Mereka juga tidak melewatkan untuk berperahu ke danau ataupun bermain permainan air yang memang disediakan.

Tawa keduanya mengiringi kebersamaan mereka. Mungkin orang-orang beranggapan mereka adalah teman yang sudah berteman lam atau mungkin mereka dianggap sebagai pasangan kekasih namun kenyataannya adalah mereka yang sama-sama orang asing dipertemukan dengan ketidaksengajaan.

Setelah puas bermain dan berjalan, mereka memutuskan beristirahat di sebuah cafe yang masih berada di area tersebut.
Mereka duduk berhadapan dan saling memperhatikan. Ada beribu makna dalam tatapan mereka. Ada kebahagiaan juga yang secara tidak langsung mereka sampaikan kepada satu sama lain.

"Terima kasih sudah membawaku pada keindahan ini." Hyerin memecah keheningan.

Jungkook mengangguk dan tersenyum. Kedua tangannya menarik kedua tangan Hyerin yang berada di atas meja lalu mengelusnya. Hyerin tentu saja terkejut. Jantungnya bahkan tiba-tiba saja berpacu sangat cepat.

"Terima kasih juga karena sudah menjadi temanku. Aku sangat senang berkenalan denganmu." kata Jungkook

Hyerin bingung dengan maksud laki-laki yang menyentuh tangannya ini namun ia menutupinya dengan senyuman dan mengangguk.

Setelah hari itu keduannya semakin dekat. Jungkook akan menunggu kepulangan Hyerin di halte tempat pertemuan pertama mereka dan Jungkook akan langsung membawanya ke tempat-tempat yang menakjubkan.

Keduanya semakin mengenal satu sama lain dengan mendalam. Tanpa sadar keduanya telah menumbuhkan bibit cinta di masing-masing hati mereka.

Namun, ada hari dimana Hyerin sama sekali tidak menemukan Jungkook yang bersandar di tiang halte dan tersenyum ketika melihat dirinya menghampiri laki-laki itu. Tentu saja ia kecewa. Sebelumnya, setiap hari Jungkook memang akan menunggu kepulangannya.

Itu juga berlaku untuk hari-hari berikutnya. Ia sama sekali tidak bisa tidak bisa menemukan batang hidungnya yang seolah hilang ditelan bumi. Ia berusaha menyingkirkan spekulasi negatif dari pikirannya dan menanamkan hal-hal positif tentang kenapa Jungkook tidak datang.

Hingga tiba dimana ia dikejutkan oleh dua orang lelaki berjas dan satu orang wanita yang sudah menunggunya di halte. Setelah menanyakan namanya, wanita paruh baya itu tiba-tiba memeluknya dan terisak. Hyerin tidak bisa berkata apa-apa. Ia masih terkejut karena kedatangan ketiga orang yang tiba-tiba datang.

Wanita itu melepaskan pelukannya dan menyeka tangisnya lalu tersenyum.
"Aku ibu Jungkook dan kedua laki-laki ini adalah ayah dan kakak Jungkook."

Oh, keluarga Jungkook. Ada apa mereka bertemu dengannya lalu dimana Jungkook ?
"Ada hal yang harus kita bicarakan. Maukah kau ikut dengan kami ?" kata laki-laki yang ia yakini adalah ayah Jungkook.

Hal yang harus kita bicarakan ? Apa hubungannya dengan Jungkook ? tiba-tiba saja perasaannya tidak enak. Ia berharap tidak terjadi apa-apa dengan Jungkook. Akhirnya ia mengangguk menyanggupi permintaan ayah Jungkook.

Keluarganya membawa ke pemakaman umum. Ia mengerutkan dahinya bigung dan perasaannya semakin tidak enak saja. Jantungnya semakin berpacu cepat.

Lalu ia sampai pada sebuah nisa yang terlihat masih baru. Yang membuatnya terkejut adalah nama yang tertera di nisan tersebut.

Air matanya bergerumul di sudut matanya, siap tumpah kapan saja. Ia menahannya dan menoleh kepada keluarga Jungkook.

"A..ap..pakah ini Jungkook ?" katanya terputus-putus dengan suara bergetar. Ayah Jungkook mengangguk sementara ibu Jungkook sudah kembali terisak di pelukan kakak Jungkook.

Ia sendiri merasakan tohokan yang sangat keras di relung hatinya. Air matanya sudah tidak tertahan lagi. Ia menangis dalam diam.

Hyerin bersimpuh dan menyentuh nisan itu. Beberapa kali ia menggumamkan nama Jungkook. Ia juga memeluk nisannya. Disela tangisnya, berputar kembali kenangannya bersama Jungkook. Jadi ini alasannya Jungkook tidak menemuinya kembali dan ini pula alasannya Jungkook memberi mantelnya kepada dirinya dan berkata sebagai kenang-kenangan karena lelaki itu tahu bahwa umurnya tidak akan lama.

Hyerin merutuki dirinya sendiri, jika dia tahu bahwa Jungkook akan meninggalkannya jauh seperti ini, ia akan mengatakan perasaannya kepada laki-laki itu dan menemani sisa-sisa hidupnya.

Beberapa saat kemudian Ibu Jungkook menghampiri dirinya dan memeluk lagi. Hyerin membalas pelukan itu dan berusaha saling menguatkan.

Ibu Jungkook melepaskan pelukannya, ia tersenyum disela tangisnya. Jemarinya mengusap air mata di wajah Hyerin.
"Kau cantik, pantas Jungkook menyukaimu."

Sebuah fakta yang membuat Hyerin terkejut. Ternyata Jungkook menyukainya dan ini semakin membuat dirinya menyesal.

Tiba-tiba tangannya  diraih ibu Jungkook yang memberikan sebuah amplop berwarna ungu kepadanya.
"Ini surat dari Jungkook. Ini satu-satunya hal yang bisa ia lakukan ketika ia berbaring di rumah sakit dan menitipkan kepadaku agar memberikannya kepadamu."
"Jungkook sakit ?" tanya Hyerin  dengan bergetar
"Ya, Kanker darah stadium akhir," kata ibu Jungkook. "Beberapa hari sebelum mengenalmu, Jungkook sudah putus asa untuk hidup. Ia bahkan kabur dari kemoterapinya di hari ia bertemu denganmu. Aku bersyukur karena setelah bertemu denganmu, ia menjadi ceria dan mempunyai semangat hidup. Ia berkata bahwa kau adalah teman sekaligus cinta pertamanya."

Hati Hyerin tentu saja sakit mengetahui kenyataan tentang Jungkook. Laki-laki itu menyembunyikan kesedihan dan kesakitannya di balik ingkah cerianya.

Dipeluknya surat dari Jungkook. Ini adalah kenangan yang Jungkook tinggalkan selain mantel dan momen indah bersama lelaki itu. Ia akan menyimpan perasaan cintanya kepada Jungkook di ruang hatinya dan akan selalu tersimpan dan terkenang. Ia berjanji kepada dirinya sendiri.

The End