Moonchild (part 5)
“APA ?” Taehyung berdiri di hadapanku dengan wajah berbinar, kami
sedang melarikan diri diatap dan dia sedang memberitahukan sesuatu yang
benar-benar membuatku terkejut.
“Ka-kapan kalian-”
“Malam itu saat aku di apartemenmu.” Lagi-lagi dia berkata dengan
penuh semangat, seakan sebelum itu tidak terjadi hal yang membahayakan
nyawanya.
“Apa kau sudah gila ? Bagaimana kalau Xiumin tau ? kau bukan hanya
dipukuli saja tapi kau akan dihabisi dalam satu waktu.” Aku berteriak
menjelaskan bahwa apa yang mereka lakukan itu salah, sangat salah.
“Jimin-ssi, tolonglah mengerti, kami hanya membutuhkan bukti cinta
dari kami.”
“Tidak Taehyung. Tidak dengan cara seperti itu, itu salah. Ya
tuhan, Taehyung. Apa lagi ini ? kamu benar-benar akan membunuh nenekmu kalau
sampai beliau tau.”
“Jangan Jimin. Tolong jangan beritahu mereka, aku janji akan
mencari kerja begitu lulus sekolah, aku akan pergi ke Seoul untuk mencari
pekerjaan dan akan membawa serta Zian.”
Aku menggeleng histeris. Barusan Taehyung memberitau kalau Zian-?
Aku tidak bermimpi kan ? Ya Tuhan, katakan sesuatu. Kami terdiam dalam waktu
yang lama, hingga akhirnya aku merelakan apa yang sudah terjadi dan memaafkan
perbuatan gegabah Taehyung.
“Sudah tiga bulan yah ?” aku menebak diri sendiri dan membuat
Taehyung bergumam sendiri.
“Ngomong-ngomong, kenapa Zian tidak masuk ? tadi aku mengecek
kelasnya dan katanya dia tidak masuk.” Taehyung melonjak kaget, sejurus
kemudian aku ditinggal sendiri.
***
Taehyung tak lagi menelpon. Aku berharap mobil ini bisa terbang
sampai ke tempat dimana Taehyung berada, namun aku tahu sampai kapanpun mobil
ini tidak akan bisa terbang.
Aku ingat betul, setelah hari terakhir kami diatap itu, Taehyung
menjadi serpihan debu, dia terus menangis dan bersembunyi di apartemenku.
Merapuh seperti kertas dan terus-terus menyalahkan dirinya sendiri.
Xiumin, kakak lelaki Zian berhasil mengetahui kalau Zian tengah
hamil dan memaksa gadis malang itu menggurkan kandungannya. Setelah itu
Taehyung dan Zian seperti boneka tak bernyawa dan tak berdarah, mereka tidak
bersemangat, bahkan untuk makan. 1 bulan terakhir disekolah, Zian terus dikawal
pengawal membuat mereka benar-benar tersakiti, dan membuat aku merasa sangat
bersalah untuk apa yang mereka alami.
Setiap pulang sekolah, apartemenku adalah persinggahan Taehyung.
Kami mengahabiskan waktu dalam diam, makan dalam tangisan, belajar dalam
lamunan, tidur dalam kesunyian.
Sejak hari itu Taehyung menjadi lebih pendiam, hingga suatu hari
dia pulang kerumah neneknya dan memutuskan untuk bangkit, melupakan apa yang
menjadi bagian dari kesakitan dirinya, melupakan bahwa dia pernah memiliki
darah dalam tubuh seorang wanita. Setelah kelulusan, Zian dibawa Xiumin
meninggalkan kota kami, tidak memberikan sedikit waktu bagi Taehyung untuk
meminta terima kasih karena sempat memberikan dia harapan meski akhirnya pupus,
namun itu menjadi bagian terindah dalam garis hidupnya, menjadi kisah yang
sulit dihalau meski nanti dia menikah dan memiliki keluarga yang mampu
memberikan kebahagiaan padanya.
Taehyung hanya ingin berterima kasih karena pernah menjadi wanitanya
dan bahkan sampai saat ini masih menjadi wanitanya. Ya, wanitanya.
Aku larut dalam ingatan masa lalu, menangis seperti saat aku dan
Taehyung menghadapi masa-masa sulit. Kami benar-benar harus disembuhkan, luka
diantara kami terlalu besar untuk bisa diobati.
Taman ? tempat yang dikunjungi Taehyung adalah taman yang sudah
ditutup beberapa waktu lalu. Aku keluar dari mobil dan berlari memasuki gerbang
taman bermain itu, berharap langsung mendapati Taehyung disana, namun ternyata
tak ada sahabatku itu. Kuhubungi ponselnya namun ponselnya itu tidak aktif.
Ketakutanku bertambah. Dia kemana lagi ? ya Tuhan, jangan buat
seorang Taehyung terluka lagi. Tolong.
Airmata itu terjatuh. Aku takut jika mereka menyakiti Taehyung
lagi, kenapa dia begitu bodoh hingga ingin bertemu dengan Zian sendirian ?
kenapa tidak mengajakku ?
Aku berlari dalam tangisan yang memilu, mencari dimana sahabatku
itu. Jangan lagi. Dia sudah cukup merasakan kehilangan, jangan lagi saat ini
Tuhan, jangan untuk Taehyung.