Jumat, 28 Februari 2020


Moonchild (END)

Jam 4 pas dan Jimin belum juga sampai. Kemana dia ? apa dia tidak ingin mendengar ceritaku ? bagaimana aku membuat Xiumin menangis dengan perkataanku, bagaimana aku memukul Xiumin dengan tanganku sendiri karena perkataannya yang pedas pada Zian, bagaimana akhirnya dia mengaku bahwa sebenarnya membenciku karena aku berasal dari rakyat biasa yang tidak memiliki harta, hanya karena dia takut aku tidak bisa menghidupi saudara perempuannya ?
Bagaimana itu membuat aku menangis seperti anak kecil dihadapan semua orang, dan bagaimana seorang bocah dari lelaki lain yang menikahi Zian datang dan memelukku memberikan kehangatan yang dulu tidak aku dapatkan dari anakku, yang-yang-
Ah, sial. Aku menangis lagi.
Nah, itu dia. Jimin sedang berlari memasuki gerbang taman, dia terlihat lelah karena berlari, matanya dipenuhi airmata. Ah, maafkan aku, sahabatmu yang selalu membuat kamu berada di posisi yang sulit. Sesuatu terlintas di kepalaku, aku menyalakan ponsel dan mengaktifkan mode penerbangan. Membuka notes dan menuliskan beberapa kata disana. “4 O’clock”
Lagu untuk Jimin, lagu untuk kami, lagu untuk Zian, lagu untuk putra atau putriku. Semoga kalian bahagia.
“Hey, Moonchild !” aku memanggil Jimin dengan senyuman sembari melambai padanya menyuruh dia segera mengahmpiriku. Jimin menangis lagi-lagi.
“Ya, dasar, kau sendiri Moonchild !”
Taman itu dipenuhi suara tawa dan tangis yang kian menghilang. Mulai hari ini kami harus memaafkan masalalu dan melangkah menyambut masa depan, begitulah perkataan Jimin yang aku ingat sampai hari ini.
SELESAI


Moonchild (part 5)

“APA ?” Taehyung berdiri di hadapanku dengan wajah berbinar, kami sedang melarikan diri diatap dan dia sedang memberitahukan sesuatu yang benar-benar membuatku terkejut.
“Ka-kapan kalian-”
“Malam itu saat aku di apartemenmu.” Lagi-lagi dia berkata dengan penuh semangat, seakan sebelum itu tidak terjadi hal yang membahayakan nyawanya.
“Apa kau sudah gila ? Bagaimana kalau Xiumin tau ? kau bukan hanya dipukuli saja tapi kau akan dihabisi dalam satu waktu.” Aku berteriak menjelaskan bahwa apa yang mereka lakukan itu salah, sangat salah.
“Jimin-ssi, tolonglah mengerti, kami hanya membutuhkan bukti cinta dari kami.”
“Tidak Taehyung. Tidak dengan cara seperti itu, itu salah. Ya tuhan, Taehyung. Apa lagi ini ? kamu benar-benar akan membunuh nenekmu kalau sampai beliau tau.”
“Jangan Jimin. Tolong jangan beritahu mereka, aku janji akan mencari kerja begitu lulus sekolah, aku akan pergi ke Seoul untuk mencari pekerjaan dan akan membawa serta Zian.”
Aku menggeleng histeris. Barusan Taehyung memberitau kalau Zian-? Aku tidak bermimpi kan ? Ya Tuhan, katakan sesuatu. Kami terdiam dalam waktu yang lama, hingga akhirnya aku merelakan apa yang sudah terjadi dan memaafkan perbuatan gegabah Taehyung.
“Sudah tiga bulan yah ?” aku menebak diri sendiri dan membuat Taehyung bergumam sendiri.
“Ngomong-ngomong, kenapa Zian tidak masuk ? tadi aku mengecek kelasnya dan katanya dia tidak masuk.” Taehyung melonjak kaget, sejurus kemudian aku ditinggal sendiri.
***
Taehyung tak lagi menelpon. Aku berharap mobil ini bisa terbang sampai ke tempat dimana Taehyung berada, namun aku tahu sampai kapanpun mobil ini tidak akan bisa terbang.
Aku ingat betul, setelah hari terakhir kami diatap itu, Taehyung menjadi serpihan debu, dia terus menangis dan bersembunyi di apartemenku. Merapuh seperti kertas dan terus-terus menyalahkan dirinya sendiri.
Xiumin, kakak lelaki Zian berhasil mengetahui kalau Zian tengah hamil dan memaksa gadis malang itu menggurkan kandungannya. Setelah itu Taehyung dan Zian seperti boneka tak bernyawa dan tak berdarah, mereka tidak bersemangat, bahkan untuk makan. 1 bulan terakhir disekolah, Zian terus dikawal pengawal membuat mereka benar-benar tersakiti, dan membuat aku merasa sangat bersalah untuk apa yang mereka alami.
Setiap pulang sekolah, apartemenku adalah persinggahan Taehyung. Kami mengahabiskan waktu dalam diam, makan dalam tangisan, belajar dalam lamunan, tidur dalam kesunyian.
Sejak hari itu Taehyung menjadi lebih pendiam, hingga suatu hari dia pulang kerumah neneknya dan memutuskan untuk bangkit, melupakan apa yang menjadi bagian dari kesakitan dirinya, melupakan bahwa dia pernah memiliki darah dalam tubuh seorang wanita. Setelah kelulusan, Zian dibawa Xiumin meninggalkan kota kami, tidak memberikan sedikit waktu bagi Taehyung untuk meminta terima kasih karena sempat memberikan dia harapan meski akhirnya pupus, namun itu menjadi bagian terindah dalam garis hidupnya, menjadi kisah yang sulit dihalau meski nanti dia menikah dan memiliki keluarga yang mampu memberikan kebahagiaan padanya.
Taehyung hanya ingin berterima kasih karena pernah menjadi wanitanya dan bahkan sampai saat ini masih menjadi wanitanya. Ya, wanitanya.
Aku larut dalam ingatan masa lalu, menangis seperti saat aku dan Taehyung menghadapi masa-masa sulit. Kami benar-benar harus disembuhkan, luka diantara kami terlalu besar untuk bisa diobati.
Taman ? tempat yang dikunjungi Taehyung adalah taman yang sudah ditutup beberapa waktu lalu. Aku keluar dari mobil dan berlari memasuki gerbang taman bermain itu, berharap langsung mendapati Taehyung disana, namun ternyata tak ada sahabatku itu. Kuhubungi ponselnya namun ponselnya itu tidak aktif.
Ketakutanku bertambah. Dia kemana lagi ? ya Tuhan, jangan buat seorang Taehyung terluka lagi. Tolong.
Airmata itu terjatuh. Aku takut jika mereka menyakiti Taehyung lagi, kenapa dia begitu bodoh hingga ingin bertemu dengan Zian sendirian ? kenapa tidak mengajakku ?
Aku berlari dalam tangisan yang memilu, mencari dimana sahabatku itu. Jangan lagi. Dia sudah cukup merasakan kehilangan, jangan lagi saat ini Tuhan, jangan untuk Taehyung.


Last Goodbye
Ada dirimu dan sebuah bintang
Itulah kenangan lamaku saat malam
Aku ragu tuk mengatakan 'aku mencintaimu'
Tapi aku sangat bersungguh-sungguh
Kau marah dan diam
Itulah kenangan lamaku saat malam
Aku tidak bisa tidur meskipun aku berada dalam gelap
Aku bisa mendengar tangismu
Andai Aku ada di sampingmu
Berdiri di sampingmu saja sudah membuatku bahagia
Ingatlah itu sebagai kenangan yang indah
Seharian dan semalaman
Aku sangat mencintaimu
Aku tahu itu tak bisa dimaafkan
Tapi aku tak bisa melakukan apa-apa
Bisakah kau mengingatku sebagai orang yang baik
Aku masih belum tahu
Kenaganmu sangat berharga, tak dapat ku lupakan


Moonchild (part 4)
"Taehyung," suara lembut Zian melantun seperti alunan piano, dan aku mencoba menggerakkan tubuhku namun karena luka di sekujurnya membuat usahaku sia-sia.
"Taehyung, ayo kita menuju kamar. Kamu harus diobati". Lagi-lagi aku bermimipi Zian ada di sini, benar-benar malang nasibmu, Taehyung. Lalu aku mendengar suara tangisan.
"Aku disini Taehyung, aku disini." Aku mengangkat wajah mandapati gadis yang paling aku sayangi di dunia setelah nenek dan ibu sedang menangis, dengan wajah sesenggukan dia menatapku.
"Zian, bagaimana kamu bisa ada disini?"
"Syuutt, diamlah, yang harus kita lakukan saat ini adalah mengobatimu. Ayo, berdiri." Dia memapahku berdiri dan kami berjalan sangat pelan ke arah kamar tidur Jimin yang jauh ke arah timur, apartement in cukup besar dan memiliki 2 kamar tidur namun biasanya aku akan tidur bersama Jimin karena aku akan mengigau saat tidur dan itu membuat Jimin khawatir.
"Buka bajumu," kata Zian setelah kembali dari menyiapkan kompres serta kotak P3K
"A-apa? melepas baju?" wajahku memanas
"Ya, karena yang lebih banyak terluka itu di daerah belakang dan perutmu"
"Ta-tapi"
"Sini aku bantu"
Dengan cepat Zian bergerak ke arahku dan itu membuatku dengan cepat mundur kebelakang, ketika kepalaku menyabar dinding, Zian sudah berada di atas kasur dengan air mata dia menangis sejadi-jadinya.
"Eh-eh, Zian kenapa menangis?"
"Tolong aku, Taehyung. Tolong jangan seperti ini, aku terlalu takut kamu terluka makin parah karena aku. Tolong, Taehyung".
"Baiklah, tapi berhentilah menangis, air matamu itu lebih menyakitkan daripada luka-luka ini". Aku mengahups air mata yang membanjiri pipi Zian, berharap waktu kami lebih banyak lagi dari ini, berharap hari ini tidak akan berakhir sampai kapanpun.
"Ka-kakakku tidak menyukaimu, dia dari dulu telah menyiapkan jdoh untukku dan aku tidak suka itu. Dia terlalu memaksakan kehendakku, aku tidak ingin terlepas darimu, Taehyung, Bagaimana ini ?" dia kembali menangis dengan sangat sedih bahkan ranjang milik Jimin sudah basah akibat air mata.
"Ya mau bagaimana lagi, aku tidak ingin dipisahkan darimu tapi perkataan keluarga itu lebih baik di dengarkan karena kamu hanya memiliki dia kan?"
"Siapa bilang? aku masih punya kamu, Jimin-ssi juga".
"Kami berbeda Zian"
"Ta-tapi, a-aku benar-benar tidak bisa. A-aku su-dah begitu menci-cintaimu. Aku sudah mencintaimu Taehyung". Dia terlihat histeris dalam teriakan dan tangisan, aku meraih kepalanya membawanya kedalam pelukanku, menenangkannya unutk saat ini bahwakami sedang barsama dan tak perlu ada yang dibahas.
"A-ak-u lebi-h mencin-taimu lagi. Sangat mencintaimu"
Kami berdua beradu pandang dalam waktu yang lama, dan menghabiskan malam dengan becerita setelah selesai mengobati lukaku. Zian tertidur disampingku hingga waktu yang kami butuhkan bahkan benar-benar behenti saat itu. Kami telah melelakukannya. Ketakutan kami bahkan menyatu. Air mata yang tidak bisa dibagi menjadi bagian yang satu. Kami beradu dalam dunia keheningan dengan hamparan cnta yang menggila. Waktu kami berhenti disini.
***