Kamis, 31 Januari 2019


Kristal Salju
(Part 2)

Senyum kecilmu terasa sakit karena suatu alasan
Bagaimana aku bisa lebih dekat ?
Mengapa aku tak bisa menemukan jawaban untuk perasaan ini ?
Bagaimana aku akan mencarinya ?
 Bagaimana ? biarkan aku tahu

Sosok misterius itu adalah Kristal Salju

Aku tidak bisa membiarkan kisahku tak terbalaskan
Meskipun aku bisa mengubah segalanya
Tentunya, aku bisa menjanjikanmu

Aku ingin menjaga janjiku sekali lagi
Sebelum itu berubah menjadi air mata
Kristal Salju yang semakin jauh dari jangkauanku
Yang semakin aku inginkan

Bahkan dalam 100 tahun
Selama aku melangkah bersamamu
Aku akan baik-baik saja
Bolehkah aku menjadi milikmu ?
Langit bersalju yang tak berbintang ini, suatu hari nanti 

Rabu, 02 Januari 2019

Moonchild



Part 1

Bahu kekar Taehyung seperti remuk dalam pelukanku, bahu itu bergetar diikuti tangisan tak tertahankan. Sedari sore tadi dia hanya menyembunyikan diri dalam kamarnya, dan tak ingin satu orang pun mengganggunya. Aku pulang dan mendapati sahabatku ini sedang menangis di dalam kamar mandi pribadiku, aku menyeretnya keluar dan langsung memeluknya agar menenangkannya.

Ternyata dia sudah menungguku sedari tadi, merasakan dingin ubin kamar ku dengan merebah seperti seekor keledai. Aku merasa khawatir karena apa yang menjadi perkara dalam kepalanya itu bisa membuatnya merapuh seperti kertas.

Dia terus menangis seperti air matanya bahkan belum habis sejak siang ketika pulang dari Sajeun park, taman bermain khusus untuk orang dewasa di daerah Haejin, bahkan di hari pertama taman bermain itu buka Taehyung telah memiliki kenangan buruk disana. Aku ragu bahwa besok dia akan bersemangat ketika kami memiliki pekerjaan di segala jenis taman.

"Jimin-ah, aku tidak peduli jika kau sudah mendengar ini dari yang lain tapi aku ingin memberitahu sekali lagi." Sambil terisak Taehyung terus berkata sambil menarik ingusnya, sebenarnya aku sudah tidak bisa membedakan ingin tertawa dan menangis, kadang sahabatku bisa sangat melankolis dan juga bisa berperilaku aneh dalam waktu yang sama. Itu membuatku sudah begitu nyaman.
"Ya, aku ingin mendengarkan lagi. Bicaralah."

Taehyung melepaskan diri dan meringkuk di ranjangku, menarik selimut dengan sembarangan dan menutupi sebagian wajahnya. Aku duduk disampingnya memperhatikan Taehyung sebaik mungkin agar tidak melewatkan apapun. Karena jika aku melewatkan maka aku akan kehilangan moment berharga bersama sahabat yang selalu terlihat ceria ini.

"Aku melihat mereka." Dia menahannya dengan sedikit terdengar isakan, lalu ia menarik nafas lagi. "Mereka terlihat bahagia. Aku bahkan melihat bocah perempuan sedang merengek dibelikan permen. Lalu mereka membawa bocah itu pergi menghampiri gerobak kembang gula, dan membelikan banyak sekali untuk bocah itu." Dia melanjutkan lagi kali ini sambil mengarahkan pandangannya kepadaku. Kedua matanya kembali dipenuhi air mata.

"Mereka memiliki kembali kebahagiaan mereka, dan aku ? aku hanya serpihan debu. Ya, Jimin-ah ?" dia terisak semakin menggila.
Aku hanya terdiam mengerti bahwa ini yang terbaik untuk dia saat ini. Dimana dia bisa lagi meluapkan semua kesedihan yang ia pendam sendiri selama ini ? Aku. Ya, hanya aku. Meski kenyataanya banyak banyak yang bisa ia ajak bicara tapi yang tahu pasti tentang Taehyung di masa lalu hanyalah aku.

Taehyung terdiam menarik nafas. Menutup wajahnya dengan bagian selimut lain yang masih terlihat kering akhirnya basah karena sekaan air matanya. Terdengar tawa serak dan teriakan kecil. Taehyung kembali membuka selimut yang menutupi wajahnya dan tersenyum padaku.

Melihat Taehyung yang begitu rapuh membuat aku kembali pada bayangan tentang masa lalu ketika kami berada di bangku SMA.

***

Gadis itu selesai menganyam rambutnya, dia terlihat sangat suka dengan kegiatannya sendiri. Sedang aku dan Taehyung mencoba mencuri pandangan padanya. Menyisakan waktu sedikit waktu agar Taehyung bisa melihat wajah gadis itu lebih lama.

Sudah sebulan ini setelah upacara penerimaan siswa baru, kami menempati kelas yang sama dan ikut serta memuja gadis yang sedang kami lihat. Sebenarnya hanya Taehyung saja, aku hanya menemani.
"Aku memberinya sekotak tisu basah waktu itu. Kamu tahu ? dia dipenuhi coklat akibat Sunbaenim yang jahil menumpahkan coklat padanya.Ya, aku tahu sih, untuk sekotak tisu basah tidak terlalu membantu tapi setidaknya itu pertolongan pertama yang paling baik."

Aku mengingat lagi ketika pertama di kagetkan oleh ucapan Taehyung kalau dia naksir berat sama cewek itu. Cewek yang bahkan tidak kami ketahui namanya.
"Taehyung-ah, sampai kapan kita seperti ini ? bagaimana kalau kamu membantu mengikat rambutnya ?" dengan paksa aku mendorong badannya, membuat Taehyung berteriak tertahan seperti di dalam perpustakaan ini hanya ada kami berdua.

Gadis itu mengangkat wajah. Menatap kami, mengerutkan dahi, lalu tertawa.
"Sedang apa Taehyung-ah, Jimin-ah ?" terdengar suara yang lembut memanggil namaku. Jujur saja aku hampir terkelabui karena suara yang lembut itu.
Aku mengirimkan kode kepada Taehyung agar menghampiri gadis itu., setidaknya kami tau siapa namanya.

"Kau tau nama kami?" aku mengambil inisatif menyapanya terlebih dahulu karena saat ini Taehyung sedang berdiri terpaku di tempat dengan posisi kaki sebelah terangkat dan kaki sebelah masih ada di lantai. Dia seperti terkena sihir hitam penyihir jahat.

"Tentu saja, kamu pernah gagal pentas karena tiba-tiba lupa teks. Kamu mendapat nilai 100 untuk seni, kamu juga menjadi peringkat pertama karena gambar yang sangat bagus, lalu kalian berdua juga sangat keren saat bernyanyi di kantin kemarin." Gadis itu berbicara panjang lebar dan membuatku kagum. Bagaimana kami seterkenal itu hingga dia tau segala yang buruk ?

"Taehyung-ah pernah memberiku tisu basah. Haha, kenangan buruk karena disiram seember coklat. Gila banget ! untung ada kamu Taehyung." Terdengar gelak tawa. Taehyung merespon, tubuhnya berputar dan akhirnya berlari ke arahku.

"Ayo kita pergi !" Taehyung menarik tanganku dan hendak menyeretku pergi namun terlihat tangan kecil milik gadis itu menahan ujung seragam Taehyung.
"Kenapa pergi ? ah, maaf ya, membicarakan keburukan kalian." Aku melepas tangan Taehyung namun aku mengabaikan itu semua dan kembali memfokuskan diri pada gadis itu.
"Tidak kok, kamu hanya menyebutkan kejelekanku, tidak untuk Taehyung tapi itu tidak masalah. Kenalkan aku Jimin, Park Jimin." Dia tertawa dan menyambut uluran tanganku.
"Xian Xu Lee, kalian bisa memanggilku Zian"

"Xian ? atau Zian ? atau Jian ?" aku mengulang kembali ejaan namanya yang benar agar kami tidak salah memanggilnya nanti jika berpapasan di kantin.

"Z-I-A-N. Zulu, India, Alfa, November." Taehyung tertawa. Aku dan Zian menatapnya heran, lalu kami menertawakan dia.

***

Ya, aku yang harus disalahkan disini, karena jika aku tidak mendorongnya dan dia tidak berteriak seperti hari itu, pasti mereka tidak akan pernah berkenalan, dan tidak akan pernah ada kisah penuh kesedihan seperti ini.
"Jimin-ssi ?" kudengar Taehyung memanggil.
"Kamu menangis ? kenapa ?" 
Apa aku ketahuan sedang menangis ? aku menghapus air mataku dan beranjak pergi dari dudukku. Merasakan panas pada kedua mataku.
"Taehyung, tolong, jangan terus bersedih seperti ini. Aku akan terus merasa bersalah. Kamu harus bangkit Taehyung, harus !"
Aku merasa gelisah mondar-mandir di dekat ranjang, begitu sampai akhirnya lelah dan memutuskan duduk melantai menyandarkan kepala pada kusen pintu.

Taehyung bangun dan menghampiriku.
"Gomapda, Jimin-ssi. Kau sahabat terbaik yang pernah aku miliki." Kami melakukan high five sebelum akhirnya dia berlalu di balik pintu kamarku
"Aku sudah membaik, jadi jangan terus menyalahkan dirimu. Dalam hal ini, hanya aku satu-satunya manusia yang harus disalahkan."
Itu kalimat terakhir Taehyung, setelah itu aku tidak lagi bertemu dengannya. Dia tidak muncul di dorm dan membuat kami bersembunyi di balik layar. Berlari dari kejaran wartawan yang menanyakan perihal menghilangnya Taehyung. Meski pihak kami telah mengatakan bahwa Taehyung sedang berlibur ke Bali dan tidak ingin diganggu privasinya. Namun para wartawan ini juga tidak puas. Mereka mendatangi studio kami, tidur di jalan menuju dorm dan bahkan mengganggu jam makan siang kami.

Dan yang benar-benar terjadi adalah TAEHYUNG MENEMUI ZIAN. Untuk beberapa alasan aku merasa sangat khawatir pada Taehyung. Ya, sangat !

TO BE CONTINUED