Jumat, 28 Februari 2020


Moonchild (part 4)
"Taehyung," suara lembut Zian melantun seperti alunan piano, dan aku mencoba menggerakkan tubuhku namun karena luka di sekujurnya membuat usahaku sia-sia.
"Taehyung, ayo kita menuju kamar. Kamu harus diobati". Lagi-lagi aku bermimipi Zian ada di sini, benar-benar malang nasibmu, Taehyung. Lalu aku mendengar suara tangisan.
"Aku disini Taehyung, aku disini." Aku mengangkat wajah mandapati gadis yang paling aku sayangi di dunia setelah nenek dan ibu sedang menangis, dengan wajah sesenggukan dia menatapku.
"Zian, bagaimana kamu bisa ada disini?"
"Syuutt, diamlah, yang harus kita lakukan saat ini adalah mengobatimu. Ayo, berdiri." Dia memapahku berdiri dan kami berjalan sangat pelan ke arah kamar tidur Jimin yang jauh ke arah timur, apartement in cukup besar dan memiliki 2 kamar tidur namun biasanya aku akan tidur bersama Jimin karena aku akan mengigau saat tidur dan itu membuat Jimin khawatir.
"Buka bajumu," kata Zian setelah kembali dari menyiapkan kompres serta kotak P3K
"A-apa? melepas baju?" wajahku memanas
"Ya, karena yang lebih banyak terluka itu di daerah belakang dan perutmu"
"Ta-tapi"
"Sini aku bantu"
Dengan cepat Zian bergerak ke arahku dan itu membuatku dengan cepat mundur kebelakang, ketika kepalaku menyabar dinding, Zian sudah berada di atas kasur dengan air mata dia menangis sejadi-jadinya.
"Eh-eh, Zian kenapa menangis?"
"Tolong aku, Taehyung. Tolong jangan seperti ini, aku terlalu takut kamu terluka makin parah karena aku. Tolong, Taehyung".
"Baiklah, tapi berhentilah menangis, air matamu itu lebih menyakitkan daripada luka-luka ini". Aku mengahups air mata yang membanjiri pipi Zian, berharap waktu kami lebih banyak lagi dari ini, berharap hari ini tidak akan berakhir sampai kapanpun.
"Ka-kakakku tidak menyukaimu, dia dari dulu telah menyiapkan jdoh untukku dan aku tidak suka itu. Dia terlalu memaksakan kehendakku, aku tidak ingin terlepas darimu, Taehyung, Bagaimana ini ?" dia kembali menangis dengan sangat sedih bahkan ranjang milik Jimin sudah basah akibat air mata.
"Ya mau bagaimana lagi, aku tidak ingin dipisahkan darimu tapi perkataan keluarga itu lebih baik di dengarkan karena kamu hanya memiliki dia kan?"
"Siapa bilang? aku masih punya kamu, Jimin-ssi juga".
"Kami berbeda Zian"
"Ta-tapi, a-aku benar-benar tidak bisa. A-aku su-dah begitu menci-cintaimu. Aku sudah mencintaimu Taehyung". Dia terlihat histeris dalam teriakan dan tangisan, aku meraih kepalanya membawanya kedalam pelukanku, menenangkannya unutk saat ini bahwakami sedang barsama dan tak perlu ada yang dibahas.
"A-ak-u lebi-h mencin-taimu lagi. Sangat mencintaimu"
Kami berdua beradu pandang dalam waktu yang lama, dan menghabiskan malam dengan becerita setelah selesai mengobati lukaku. Zian tertidur disampingku hingga waktu yang kami butuhkan bahkan benar-benar behenti saat itu. Kami telah melelakukannya. Ketakutan kami bahkan menyatu. Air mata yang tidak bisa dibagi menjadi bagian yang satu. Kami beradu dalam dunia keheningan dengan hamparan cnta yang menggila. Waktu kami berhenti disini.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar